Tentara Rakyat

Penulis : Kunto Arief Wibowo

Lebaran 1140 H sudah usai. Sebelumnya pemilu 2019 juga sudah selesai. Pemilu, Ramadan, dan lebaran berada dalam satu rangkaian yang berkaitan. Karena itu, momentum halal bi halal, ritual sehabis lebaran, menjadi spesial, apalagi bagi TNI. Sebagai tentara yang bersumber dari rakyat, gaduh-gaduh politik, ramadhan dan lebaran, jadi semangat untuk pembenahan.

Tantangan terbesar saat ini adalah kuatnya gempuran sisi ekternal dengan berbagai pola non militer namun menggerus keutuhan internal satuan militer. Tentu sudah sama-sama diketahui bahwa era milenial sekarang ini adalah masanya pertarungan teknologi informasi (TI). Tidak ada kehidupan yang tidak terlepas dari pengaruh TI ini. Kekuatan TI mampu masuk sampai ke relung terdalam kehidupan masyarakat, yang pada akhirnya mampu memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.

TNI sekarang ini berada pada posisi kuatnya pertarungan dan dinamika sistem informasi ini, bahkan dalam beberapa hal juga terlibat didalamnya. Kekuatan terbesar TI ini adalah kemampuan menyebarluaskan informasi secara cepat, melampaui batas-batas administratif, jabatan, bahkan batas-batas komando. Semua pihak bisa menciptakan dan mengolah informasi sendiri. Tak heran, segala macam informasi baik yang bisa dipercaya ataupun fitnah dan hoax berseliweran menyasar setiap sisi. Proxy war istilah yang rutin terdengar, dan TNI berada dalam kancah karut marut ini.

Lantas apa yang harus dan bisa dilakukan? Khusus bagi kalangan TNI, lebih fokus lagi pada jajaran Korem 032 Wirabraja, banyak hal yang mesti jadi catatan. Pertama, nilai-nilai dasar TNI tetap tidak berubah, fondasi kesatuan tidak pernah diutak-atik, yaitu Tentara Rakyat. Apapun dan dimanapun TNI berada, tetaplah berkomitmen untuk kemaslahatan dan kemajuan rakyat. TNI dibentuk dari hal tersebut, jangan memisahkan diri dari rakyat karena TNI dilahirkan dari rakyat. Sebagai ibu kandung, maka sangat tidak tepat jika ada anggota TNI yang berprilaku layaknya Malin Kundang. Kendati itu adalah oknum, tetap saja, citra korps dan kesatuan akan tercoreng. Durhaka kepada ibu kandung adalah dosa terbesar.

Kedua, sebagai turunan dari Tentara Rakyat, maka TNI dituntut berbuat sebanyak mungkin untuk kepentingan rakyat banyak, berbuat yang positif, penyelesai masalah ketika ada masalah, pengobat luka ketika sakit, pendorong motivasi bagi rakyat. Tentu saja TNI bukanlah panasea, obat yang bisa menyembuhkan segala penyakit, tetapi sedikit kebaikan akan menjadi berkah bagi banyak orang. Pepatah Minang sudah berkata, setitik jadikan laut, sekepal jadikan gunung.

Anggota TNI punya kemampuan untuk itu, punya sumber daya, pola pikir yang cepat dan tepat, ini yang harus senantiasa dikembangkan. Apa yang sudah dimiliki, mesti ditularkan kepada orang banyak. Selain menjadi bukti kemanunggalan dengan rakyat, di sisi lain juga jadi amal jariah dimata Allah SWT.

Ketiga, di tengah gempuran informasi dan godaan nafsu duniawi yang semakin besar, rantai komando dan keutuhan satuan tetap harus dipegang teguh. TNI tidak akan ada apa-apanya jika kekuatan komando dan keutuhan satuan tidak lagi dipandang penting. Karena itu, sangat tidak tepat jika ada indikasi perpecahan di tubuh TNI. Soliditas harus nomor satu. Setiap prajurit harus memahami ini dengan baik, karena itu TNI mutlak solid, jangan mudah diadu domba, apalagi menjadi pihak yang melakukan adu domba. Jika ada anggota TNI yang melakukan adu domba, fitnah, apalagi ke dalam satuan, maka ia tak pantas lagi menyandang predikat anggota TNI.

Keempat, tetap waspada dan fokus bahwa berbagai pengaruh negatif senantiasa mengincar kesatuan TNI. Ini disebabkan TNI adalah garda terdepan dalam menjaga martabat dan keutuhan NKRI. Pancasila adalah pondasi sekaligus juga payung yang melindungi perjalanan bangsa. Oleh sebab itu, berkembangnya berbagai wacana ideologi yang bisa menggerus kesakralan Pancasila harus diwaspadai. Komunisme dan berbagai predikat turunannya adalah hal yang harus diwaspadai. Mungkin komunis tidak akan muncul dalam bentuk lembaga formal, tapi nafas komunis bisa muncul di berbagai sisi. Praktek adu domba, fitnah, saling menjelekkan adalah bentuk-bentuk prilaku yang mengindikasikan ke hal tersebut.

TNI adalah satu-satunya lembaga militer yang fungsinya tidak hanya perang tapi juga operasi lain non perang. Karena itu selain dipersenjatai secara fisik, TNI juga memiliki kemampuan pembinaan teritorial, mampu berhubungan langsung dengan masalah masyarakat. Mungkin ini sedikit “menggiurkan” bagi banyak pihak, tapi itulah nafas TNI, kesatuan dengan rakyat. Andai ada pihak lain yang ingin bermain di ranah TNI ini dan merubah irama gendang, itulah nafsu kekuasaan. Hanya ada satu tentara di republik ini yaitu TNI tentara rakyat. Jiwa TNI tak boleh berubah, amanah undang-undang dijalankan.

Kelima, kesatuan ditubuh TNI sangat tergantung pada kapasitas dan kemampuan komandan masing-masing. Maju atau mundurnya sebuah kesatuan, ditentukan oleh kualitas seorang komandan. Kualitas yang dimaksud disini adalah kemampuan komandan untuk mengelola dan memberdayakan anakbuahnya, bukan sekedar menuntut atau memerintah. Oleh sebab itu, sangat tidak elok jika seorang komandan menuntut anakbuahnya pintar, tapi dia sendiri tak punya metode untuk membuat anakbuahnya pintar. Komandan harus bisa membuat anakbuahnya cerdas, kreatif dan inovatif. Untuk itu, lengkapilah anggota dengan “senjata” untuk pintar, buat metode yang baik, lengkapi sarana prasarana, berikan pelatihan, dan tunjukkan best practice.

Keenam, pepatah sudah berkata, Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Jangan hanya berbicara tapi berbuatlah, jangan hanya melihat tapi bekerjalah. Kita akan percaya diri dengan apa yang kita sampaikan atau apa yang kita perintahkan, saat kita sudah pernah melakukannya. TNI harus berpegang pada prinsip ini. Berbuat dan berbicara, tidak sekedar talk less do more tapi seimbang. TNI harus berbicara dan menyampaikan ke publik tentang apa yang sudah dilakukan, tapi syaratnya lakukan terlebih dahulu.

Membuktikan apa yang diucapkan itulah prestasi. Prestasi tidak hanya untuk individu, bukan hanya untuk komandan, tetapi untuk seluruh satuan. TNI tetaplah tentara rakyat, selamanya.

*Tulisan ini merupakan bagian dari buku Mengisi Ruang Kosong

 

 

 

Scroll to Top