Lingkungan Berkelanjutan

Peran Komunikasi Bisnis dalam Penangangan Isu Perubahan Iklim untuk Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Oleh : Ajeng Nisa Kusuma, S.Ipem., MM, Kunto Arief Wibowo, S.IP

Globalisasi merupakan titik awal perkembangan dunia usaha, baik dalam skala nasional maupun internasional. Pada hakikatnya, globalisasi dapat membawa perubahan besar pada dunia bisnis dan mendorong terjadinya revolusi dalam bentuk berbagai praktik bisnis dan sistem operasional bisnis (Hendra dan Ningrum, 2023). Proses kegiatan bisnis akan selalu terus berjalan untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan memberikan keuntungan. Sayangnya, saat ini, pelaku bisnis lebih mementingkan keuntungan dan melupakan hal penting yang sebenarnya dapat mempengaruhi aktivitas bisnis yang mereka jalankan, yakni perubahan iklim.

Diskusi terkait perubahan iklim merupakan hal yang sangat penting mengingat perubahan iklim memang bisa terjadi karena curah hujan, perubahan suhu, tekanan udara, angin, dan kelembaban udara akibat pemanasan global. Selain faktor-faktor tersebut, perubahan iklim juga dipengaruhi oleh perilaku manusia (Mutaqin, 2020). Perubahan iklim tidak terlepas dari aktivitas manusia, seperti kegiatan di bidang industri, transportasi, dan usaha ekonomi (Mutaqin, 2020). Aktivitas-aktivitas tersebut dapat memicu perubahan iklim baik langsung maupun tidak langsung.

Jika permasalahan tersebut diabaikan, keadaan akan bertambah buruk dan membawa dampak yang lebih besar di masa mendatang. Contoh nyata dari perubahan ikllim yang juga dapat terjadi akibat perubahan suhu dan atmosfer dalam jangka panjang ini adalah pemanasan global yang semakin meningkat di seluruh wilayah di dunia dan sudah mencapai tingkat yang berbahaya (Roundy, 2023). Penelitian yang dilakukan oleh Intergovermental Panel on Climate Change yang merupakan bagian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukan bahwa dunia harus memberikan perhatian khusus pada fakta bahwa emisi telah menjadi penyebab peningkatan suhu global sebesar 1,1 derajat Celcius pada tahun 1850 hingga tahun 2023. Dengan kata lain, dalam 20 tahun ke depan, suhu bumi dapat mengalami kenaikan sebesar 1,5 derajat Celcius (IPCC, 2024).

Risiko besar pemanasan global yang terjadi akibat perubahan iklim dapat memberikan dampak buruk dan juga kerugian bagi alam dan manusia di seluruh dunia. Tentunya, dampak ini juga akan dirasakan oleh para pelaku usaha dan nantinya berdampak pula pada berbagai industri (Round, 2023). Mayoritas organisasi ilmiah di belahan dunia mana pun telah menyatakan bahwa perubahan iklim nyata terjadi akibat aktivitas manusia. Tepatnya, sebanyak 97% peneliti ilmu iklim juga menyatakan bahwa manusia adalah penyebab perubahan pola cuaca global dan suhu yang lebih panas (NASA, 2023). Tidak hanya itu, data dari Chubb juga menyebutkan bahwa “Dunia bisnis sedang menghadapi masa transisi dimana risiko dan dampak ekonomi akibat perubahan iklim terus berubah” (Chubb, 2022).

Dampak perubahan iklim pada suatu bisnis dapat dijelaskan sebagai berikut (Roundy, 2023):

  1. Kelangkaan sumber daya dan mineral;

Pertumbuhan populasi global meningkatkan permintaan sumber daya alam seperti energi, air, mineral, logam, dan juga makanan. Peningkatan tersebut secara alami dapat menimbulkan tekanan yang besar terhadap lingkungan. Salah satu contohnya ialah gas rumah kaca yang dilepaskan ketika menambang sumber daya dan membuka lahan untuk keperluan pertanian. Keadaan tersebut membuat sumber daya alam menjadi lebih sulit untuk diekstraksi dan tentunya lebih mahal untuk didapatkan, sehingga dapat berdampak pada harga dan pembatasan penggunaan. Hubungan antara perubahan iklim dan kelangkaan sumber daya akan semakin berdampak terhadap perekonomian global, salah satunya adalah dunia usaha yang akan terus kesulitan mencari pasokan sumber daya tanpa didukung infrastruktur yang berkelanjutan.

  1. Gangguan rantai pasokan;

Penelitian yang dilakukan IPCC menunjukkan bahwa risiko lingkungan dapat berubah karena adanya cuaca ekstrem yang lebih intens seperti kebakaran hutan, angin topan, kemungkinan kekeringan ekstrem, dan perluasan wilayah yang terdampak banjir. Bila hal ini terjadi, fasilitas bisnis dan pasokan dapat terdampak, sehingga masalah pengiriman logistik hingga hilangnya persediaan secara tiba-tiba akan terjadi. Salah satu bukti nyata yang sering kali terjadi adalah terjadinya cuaca ekstrem di suatu daerah yang dapat membuat pegawai dan pekerja terhambat dalam melaksanakan pekerjaannya.

  1. Risiko kelangsungan usaha;

Ketika terjadi peningkatan gangguan yang diakibatkan oleh perubahan iklim, tantangan baru bagi dunia usaha akan muncul. Pelaku usaha tidak hanya memikirkan rantai pasokan saja, namun juga dituntut untuk mampu memikirkan cara untuk mampu menciptakan cara-cara baru agar dapat menjalankan usahanya walaupun dalam keadaan bencana. Risiko bisnis yang besar juga dapat disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh perubahan iklim. Perubahan iklim dapat berdampak besar terhadap keberlangsungan suatu bisnis karena adanya proses-proses yang saling terkait pada sistem bisnis.

Agenda pembangunan berkelanjutan atau yang biasa disebut dengan Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan agenda yang dibuat oleh PBB dan harus diwujudkan tepat pada tahun 2030. SDGs adalah kegiatan yang dilakukan untuk manusia, bumi, kemakmuran, dan untuk memperkuat perdamaian universal (Indonesian Climate Change Trust Fund, 2024). SDGs terdiri dari 17 tujuan dan 169 target terukur, termasuk di dalamnya adalah perubahan iklim. Permasalahan terkait perubahan iklim merupakan tujuan SDGs yang harus dilaksanakan dan dilakukan dengan batas waktu yakni tahun 2030. SDGs harus dapat dilaksanakan oleh para pelaku pembangunan termasuk pemerintah, swasta, pelaku bisnis, akademisi, organisasi masyarakat sipil atau civil society organizations (CSOs). Oleh karena itu, SDGs dirancang secara partisipatif dan melibatkan sekitar 8,5 juta warga di dunia untuk turut berkontribusi terhadap pencapaian target dan tujuan SDGs (SDGs, 2020).

Program dari PBB tersebut menekankan pada 17 tujuan yang harus dapat terlaksana, termasuk tujuan ke-13 yaitu terkait penanganan perubahan iklim. Sehingga, para pelaku usaha diharapkan untuk memiliki kesadaran yang kuat terkait perubahan iklim yang secara langsung dapat berdampak pada usaha yang dijalankan. WWF juga menyatakan bahwa dukungan pemerintah masih sangat dibutuhkan dalam menerapkan kebijakan iklim yang lebih intensif agar tercipta ketahanan iklim dan net-zero yang memiliki jangkauan dan dampak global dalam dunia usaha (WWF, 2024).

Dunia usaha selalu disebut dan diperhatikan oleh beberapa organisasi internasional yang bergerak di bidang lingkungan. Mereka menyatakan bahwa pelaku usaha perlu memberikan perhatian lebih dan lebih peka terhadap perubahan iklim. Dalam dunia bisnis saat ini, Corporate Social Responsibility (CSR) yang merupakan suaatu konsep atau bentuk pertanggungjawaban dari perusaahaan atau pelaku usaha terhadap dampak sosial dan lingkungan yang dihasilkan dari kegiatan usaha seperti pencemaran, limbah dan masalah keselamatan, dan lain sebagainya perlu dilaksanakan dengan baik. Namun demikian, CSR saja tidak cukup jika para pelaku usaha hanya bertanggung jawab pada lingkungan tertentu saja. Pelaku usaha harus lebih peka terhadap perubahan iklim yang bisa berdampak lebih besar pada bisnis yang dijalankan.

Program CSR sudah mulai merambah permasalahan terkait perubahan iklim yang terjadi tidak hanya di lingkup regional, namun juga meluas ke lingkup nasional dan internasional. Oleh karena itu, CSR harus mampu mengkomunikasikan kepada para pelaku bisnis di organisasinya terkait isu perubahan iklim melalui komunikasi bisnis yang dijalin dengan baik. Komunikasi bisnis tidak hanya terbatas pada hal transaksional, pemasaran produk dan pelayanan pelanggan saya (Yusuf dkk., 2019). Komunikasi bisnis perlu diperbaiki untuk dapat secara efektif mengkomunikasikan isu perubahan iklim yang terjadi saat bisnis mereka berjalan. Program CSR dapat menjadi salah satu wujud nyata pelaku usaha dalam melaksanakan tangggung jawab sosial kepada masyarakat sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan dan memberikan dampak positif terhadap lingkungan.

Temuan pada penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kerrigean Marie Machado Unter, Soolim Park, dan Jorge Rivera yang menyatakan bahwa perubahan iklim merupakan hal utama yang harus diperhatikan oleh dunia bisnis dalam menentukan perubahan strategi bisnis yang sebelumnya diabaikan. Ironisnya, masyarakat memiliki pengetahuan yang terbatas terkait hubungan dan dampak kondisi fisik iklim terhadap kelangsungan bisnis perusahaan (Unter dkk., 2023). Penelitian ini juga mendukung peneliti terdahulu yakni Swarnalakshmi Umamaheswaran, Vandita Dar, dan Jagadish Thaker yang menemukan bahwa sebenarnya isu perubahan lingkungan selalu menjadi sorotan untuk diperbincangkan di media. Namun, masih terdapat kesenjangan dan kekosongan di dunia usaha, padahal mereka seharusnya turut menjadi pemangku kepentingan dalam menjalankan kebijakan perubahan iklim tersebut (Umamaheswaran dkk., 2022).

 

Peran Komunikasi Bisnis

Bagian ini akan membahas hasil penelitian tentang peran komunikasi bisnis dalam penanganan isu perubahan iklim untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Literatur yang terkait dengan topik penerjemahan berupa artikel jurnal dan referensi  lain dikumpulkan untuk dianalisa. Dalam penelitian ini, banyak pelaku usaha yang melakukan kegiatan usaha namun tidak memikirkan dampak dari perubahan iklim. Padahal perubahan iklim dapat menimbulkan resiko bagi dunia usaha seperti kelangkaan sumber daya dan material, gangguan rantai pasokan, dan risiko kelangsungan bisnis (Roundy, 2023).

Penelitian yang dilakukan oleh Patrianti dkk. (2020) membahas tentang perubahan iklim dan tantangan yang akan dihadapi oleh berbagai sektor dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan, karena pembangunan berkelanjutan tidak dapat dilepaskan dari penanggulangan perubahan iklim. Penelitian tersebut memberikan gambaran bahwa perubahan iklim perlu dikomunikasikan melalui perubahan kebijakan mitigasi, pengurangan emisi gas rumah kaca sebagaimana tercantum dalam kontribusi yang ditentukan secara nasional dan internasional. Hal tersebut tentu harus dikomunikasikan kepada setiap target audiens di setiap sektor.

Penelitian di atas juga menegaskan perlunya komunikasi yang dilakukan secara strategis untuk dapat melaksanakan pembangunan berkelanjutan di semua sektor. Dengan adanya grand design, pesan yang akan ditampilkan bersifat komprehensif dan sama, sehingga konteks dan juga perubahan iklim yang menjadi permasalahan lingkungan hidup menjadi sangat penting untuk dipikirkan secara cepat dan tepat. Mengingat perubahan iklim ini dapat meluas menjadi bencana, ketidakadilan ekonomi dan sosial yang semakin terasa dan ketidakmampuan mencapai pembangunan berkelanjutan dapat terjadi, isu tersebut perlu diperhatikan (Patrianti dkk., 2020). Komunikasi yang baik dapat berpengaruh baik pada pelaksanaan pembangunan berkelanjutan.

Unter dkk. (2023) dalam artikelnya menyebutkan bahwa ketika dunia usaha mengambil sikap atas isu perubahan iklim, maka pasti ada strategi yang akan diambil oleh para pelaku usaha tersebut. Ternyata, respon dunia bisnis cenderung mengabaikan isu perubahan iklim. Dunia akademis juga hanya banyak menuliskan bahasan tetkait adaptasi perubahan iklim serta mengkaji sinergi dan juga strategi bagaimana penerapannya tanpa diikuti dengan penerapan yang baik. Ironisnya, dalam hal ini, masyarakat memiliki pengetahuan yang terbatas terkait dampak perubahan iklim tersebut. Mereka lebih memahami kondisi perusahaan dan kemampuan masyarakat untuk mencapai dan mempertahankan keunggulan usaha yang dijalankannya (Unter dkk., 2023).

Pada saat ini, sektor bisnis belum menerapkan strategi yang sudah ditentukan dalam penelitian-penelitian terdahulu dengan baik. Melalui artikel-artikel yang telah dipublikasikan, pakar di bidang akademis menunjukkan pentingnya kepekaan atas isu perubahan iklim dan kemudian menerapkan strategi penanggulanan tersebut. Jika strategi tersebut tidak diterapkan, maka harus ada komunikasi antar pihak, baik pemerintah maupun duia usaha. Jika hal tersebut dapat dikomunikasikan dengan baik, para pelaku usaha dapat secara sadar menjadikan isu perubahan lingkungan hidup sebagai suatu hal yang sangat penting, karena pada akhirnya pengabaian isu perubahan iklim ini dapat membawa kerugian yang besar utamanya pada dunia usaha.

Tanpa disadari, komunikasi sebenarnya merupakan perekat atau penghubung isu perubahan iklim yang sangat perlu dijadikan sebuah urgensi untuk dapat melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Komunikasi bisnis dalam hal ini juga memegang peranan yang sangat penting dalam memerangi perubahan iklim jika diterapkan secara efektif. Komunikasi bisnis yang efektif juga dapat memberikan informasi, inspirasi, dan mobilisasi dalam berbagai cara dalam bentuk tindakan nyata. Oleh karena itu, komunikasi bisnis juga memiliki kontribusi positif terhadap upaya memerangi isu perubahan iklim.

Seperti yang telah dibahas pada bagian pendahuluan CSR merupakan bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan tersendiri, meski sebagian besar CSR yang ada di lapangan terkadang tidak banyak menyinggung isu mengenai perubahan iklim. Sehingga, pelaku usaha perlu diingatkan kembali terkait pengabaian isu perubahan iklim yang terjadi. Dunia usaha di berbagai negara ‘hanya mencari keuntungan atas usaha yang dijalankannya.’ Padahal, mereka justru akan mengalami kerugian yang sangat besar jika terus mengabaikan isu perubahan iklim tersebut.

Salah satu contoh terkecil yang bisa dilakukan oleh pelaku usaha ialah dengan menjalankan program CSR. Oleh karena itu, peneliti memiliki keyakinan bahwa CSR/pelaku usaha sewajarnya berkolaborasi dengan pembuat kebijakan/pemerintah. Sehingga, perlu adanya edukasi lebih lanjut mengenai isu perubahan iklim untuk menunjukkan bahwa isu tersebut penting untuk dikaji dan diprioritaskan. Peneliti berpendapat bahwa komunikasi bisnis seyogyanya bukan sekedar komunikasi yang membicarakan suatu keuntungan dalam bisnis yang dijalankan, namun juga komunikasi bisnis yang efektif yang mampu memberikan informasi dan menggerakkan pemangku kepentingan untuk melakukan tindakan penting yang harus dilakukan terlebih dahulu.

Pertama-tama, hal yang paling penting dan menjadi salah satu bentuk implementasi komunikasi bisnis untuk dapat melawan perubahan iklim demi terciptanya pembangunan berkelanjutan adalah transparansi dan pelaporan. Apabila hal ini dapat dilaksanakan dengan baik, maka bisnis dapat berjalan dan laporan keberkelanjutan dapat menunjukkan komitmen pelaku usaha terhadap perubahan lingkungan. Laporan ini nantinya dapat memuat informasi terkait emisi karbon, penggunaan energi, pengolahan limbah, serta program ramah lingkungan lainnya. Dengan adanya transparansi, kepercayaan konsumen dan investor dapat meningkat.

Selain itu, tindakan berikutnya yang dapat dilakukan adalah edukasi yang baik untuk meningkatkan kesadaran bahwa komunikasi bisnis harus terlaksana dengan baik. Dengan kata lain, komunikasi yang efektif dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran terhadap permasalahan perubahan iklim yang terjadi di kalangan karyawan, konsumen, dan juga masyarakat luas. Hal ini juga dapat dilaksanakan melalui CSR di lingkup perusahaan. Tidak hanya itu, pelaku usaha juga dapat membuat kampanye edukasi, seminar, dan juga pelatihan untuk menjelaskan bagaimana dampak perubahan iklim dan juga tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim tersebut.

Lebih lanjut, komunikasi bisnis juga dapat digunakan dalam hal green marketing, dimana strategi pemasaran yang dilakukan mengedepankan produk dan jasa yang ramah lingkungan sehingga dapat menarik konsumen yang peduli terhadap lingkungan. Hal ini mencakup penggunaan label sertifikasi ramah lingkungan dan juga komunikasi manfaat produk ramah lingkungan. Namun demikian, green marketing tidak akan efektif tanpa adanya dukungan dan kesadaran penuh dari para pelaku usaha tersebut.

Hal terakhir yang dapat dilakukan adalah menjalin kerjasama dan kemitraan yang memungkinkan implementasi komunikasi bisnis yang baik. Komunikasi yang efektif dapat membantu terbentuknya kerjasama antar organisasi sehingga pemerintah dan organisasi non-pemerintah dapat berkolaborasi secara lebih efektif dalam menciptakan solusi terhadap isu perubahan iklim. Peneliti yakin bahwa prioritas utama adalah perlunya peningkatan kesadaran para pelaku usaha, pemerintah, dan organisasi lainnya akan isu perubahan lingkungan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang peran komunikasi bisnis dalam menghadapi isu perubahan iklim untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa komunikasi bisnis yang efektif merupakan hal yang sangat penting. Komunikasi bisnis yang dimaksud dalam konteks ini bukan hanya terkait cara atau alur untuk memberi informasi dalam menjalankan suatu usaha untuk mendapatkan keuntungan semata, tetapi komunikasi bisnsi yang dapat dijadikan sebagai landasan untuk merancang strategi yang efektif, memberikan informasi, dan juga mobilisasi agar pemangku kepentingan dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mampu melawan isu perubahan iklim. Hal pertama yang dapat dilakukan oleh dunia dalam penanggulangan perubahan iklim adalah pentingnya adanya peningkatan transparansi dan pelaporan, edukasi dan peningkatan kesadaran terkait aspek tersebut, penerapan pemasaran yang ramah lingkungan atau green marketing, dan perlunya kolaborasi dan kerjasama antar pihak yang terkait.

Scroll to Top