Tentang Kami

Dari Kegelisahan Menjadi Penciptaan

Oleh : admin inovasirakyat.id

Tahun 852 M silam, seorang bernama Armen Firman melakukan percobaan melompat dari atap Masjid Agung Qordoba, Spanyol. Sejatinya ia ingin melakukan uji coba manusia bisa terbang. Ia melengkapi diri dengan sayap dari kayu. Sayangnya upaya itu gagal, ia jatuh karena tak bisa mengendalikan “sayap” tersebut. Untungnya ia hanya luka ringan karena terbantu oleh papan sebagai sayap yang mampu menahan laju jatuhnya.

Uji coba dari Armen Firman menjadi amatan banyak pihak, salah satunya adalah Abbas ibn Firnas. Melihat apa yang dilakukan oleh Firman, Ibn Firnaspun dilanda kegalauan. Mengapa manusia tidak bisa terbang? Jika burung bisa terbang, mengapa manusia tidak? Armen Firman mungkin gagal pada uji coba perdananya, tapi hal itu menimbulkan kegelisahan mendalam bagi Ibn Firnas.

Alhasil berangkat dari kegelisahan yang terus menderanya, ditambah ketentuan dalam kitab suci (Al Qur’an dalam Surat Al Mulk) yang menegaskan manusia untuk melihat dan mempelajari bagaimana burung bisa terbang, Ibn Firnas pun bergiat dan bergegas mencoba segala hal. Rasa gelisah mendorongnya untuk terus mencoba dan mencoba. Akhirnya bertahun-tahun kemudian setelah peristiwa Armen Firman, Ibn Firnas berhasil terbang selama 10 menit dan mampu mengendalikan “pesawatnya”.

Penciptaan Ibn Abbas kemudian menginspirasi banyak pihak, termasuk Wright bersaudara, yang juga mengalami kegelisahan, dan kemudian “menyempurnakan”. Jadilah kemudian Abbas ibn Firnas sebagai orang pertama yang menciptakan Kapal Terbang, dan kemudian diteruskan oleh Wright bersaudara. Sementara Armen Firman sendiri kemudian menginspirasi adanya teknologi Parasut yang mampu menahan beban manusia saat jatuh dari ketinggian.

Rasa gelisah adalah rasa yang manusiawi. Setiap manusia pasti memiliki itu. Tetapi tidak semua manusia mampu mewujudkan rasa gelisah menjadi sesuatu yang konkrit dan berguna bagi orang banyak. Apa yang dialami Armen Firman, Ibn Firnas, Wright Bersaudara, begitu juga dengan sederetan penemu dunia lainnya, macam Al Farabi, Ibn Sinna, Al Jabar, Newton, Thomas Alfa Edison, Graham Bell, dan tokoh lainnya, semua pasti berawal dari rasa gelisah. Gelisah terhadap fenomena yang ada, gelisah terhadap keterbatasan yang ada, gelisah terhadap kepasrahan.

Tapi lagi-lagi tidak semua mampu mengkonkritkan rasa gelisah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Kebanyakan hanya membiarkan, pasrah, dan menerima apa adanya. Hanya orang-orang tertentu yang terus bergulat dengan kegelisahan, memikirkan, memformulasikan, dan kemudian menciptakan. Hanya orang-orang tertentu yang mampu dan mau untuk selalu gelisah, bahkan mencari kegelisahan-kegelisahan baru. Hasil dari kegelisahan itulah yang kemudian mewujud dalam sebuah bentuk konkrit, CIPTAAN dan KARYA.

Ia gelisah melihat air laut demikian banyak berlimpah ruah, tetapi disudut lain masyarakat kekurangan air bersih. Ia gelisah melihat hujan yang selalu menimbulkan banjir, tapi di sisi lain kekeringan juga mengancam. Ia gelisah melihat sampah bertumpuk-tumpuk, sementara masyarakat terus bertambah. Ia gelisah melihat sawah yang semakin menyusut hasilnya, lahan makin terbatas, sementara hasil sawah adalah kebutuhan utama manusia. Gelisah melihat segala sesuatunya.

Gelisah tak akan selesai jika hanya memperbanyak omelan, cacian, sumpah serapah dan sebagainya. Manusia yang hanya mengomel atau mencaci tak akan bisa keluar dari rasa gelisah itu.

Jalan keluar dari gelisah hanya satu, cari tahu akar masalah, dan ciptakan penyelesai masalahnya. Satu kali, dua kali, tiga kali, bahkan mungkin sepuluh kali akan dialami kegagalan, sebagaimana Ibn Firnas yang berulang kali mencoba “pesawatnya”. Wujud keberhasilanpun bukan pula Firnas yang merasakan, tapi berpuluh generasi berikutnya.

Orang yang berusaha menyelesaikan rasa gelisah itu mungkin pula akan dicaci publik, bahkan bisa jadi beresiko kematian, dijerat hukum dan dipenjara. Bahkan Copernicus dan Galileo Galilei harus menjalani hukuman karena berusaha mewujudkan rasa gelisahnya tersebut. Perjalanan zaman kemudian membuktikan bahwa mereka benar. Merekalah sebetulnya Sang Inovator. Orang-orang yang gelisah dengan kondisi yang ada, berkreasi, dan berinovasi.

Inovasirakyat.id hakekatnya menampung semua gagasan orang-orang yang gelisah tersebut di era kekinian. Banyak gagasan dan produk bernas muncul dari sesuatu yang sederhana, dan juga terkadang dari orang yang sederhana pula.

Inovasirakyat.id berusaha menjembatani itu, mengemas, dan meneruskannya ke publik. Harapannya ini akan semakin memperbanyak orang-orang yang gelisah dan kemudian mampu mengkonkritkan solusi dari rasa gelisah tersebut. Inovasirakyat.id percaya semua orang mampu mewujudkan rasa gelisah menjadi sesuatu yang nyata dan bermanfaat.

Indonesia membutuhkan orang-orang yang mampu berbuat banyak dari rasa gelisahnya itu. Orang-orang yang akan menjadi basis Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata) di negeri ini.

Bukankah Tuhan sudah menyuruh manusia untuk senantiasa belajar (Iqra’)? Sang Inovator adalah orang yang selalu belajar, belajar dari rasa gelisah. Inovasirakyat.id hadir untuk semua itu.

Scroll to Top